LGBT: Jangan mengulangi kesalahan umat yang sama


LGBT: Jangan mengulangi kesalahan umat yang samaSetelah Negara Pam Sam melegalkan pernikahan lawan jenis dan hampir seluruh surat kabar maupun berita online dipenuhi isu seputar LGBT (Lesbian, gay, biseks dan transender). Sangat wajar dunia bersuara dengan pro dan kontrak karena Amerika serikat adalah acuan utama dalam segala hal. Meskipun Amerika bukan Negara pertama yang menyetujui pernikahan lawan jenis tetapi semua mata sedang berkiblat negeri adi kuasa tersebut karena apapun yang terjadi di Amerika selalu disoroti sehingga menjadi landasan Negara lainnya.

Padahal di agama manapun terutama Islam dan kristis sangat menentang LGBT. Entah apa yang membuat Amerika melegalisasikan. Apakah ini faktor politik karena kita tahui bersama sebentar lagi Amerika akan terjadi pergantian kepala pemerintah sehingga bagaimana mengambil hati atau pendukung dari pihak LGBT, entahlah. Atau bisa jadi kaum LGBT pintar diplomasi dengan cara merasa dimarginalkan oleh pemerintah maupun sosial. Seperti ditulis oleh masyarakat Indonesia sedangkan bekerja di Amerika bahkan sang penulis tersebut juga memiliki teman Gay bahwa taktik yang digunakan oleh komunitas rainbow yaitu mereka membuat diri mereka merasa terjajah, terhina, terdiskriminasi, lalu mereka terlihat seolah-olah minta dikasihani dan orang-orang yang mengasihi pun ternyata terperangkap. Meskipun mereka bukan bagian dari kaum itu, lalu orang-orang yang mengasihani pun menyemangati mereka, menyuruh untuk tegar dan pada akhirnya menyuruh mereka berbangga diri (pride) jadi kaum itu (Piyungan online, 1 Julii 2015).

Bayangkan saja binatang yang tidak memiliki pemikiran saja tidak mau sesama jenis karena tidak akan bisa terpenuhi apa yang diinginkan. Atau bisa disimpulkan kaum rainbow tidak menggunakan pemikiran dan iman mereka untuk menjauhi hal tersebut sehingga lebih mengutamakan nafsu. Andai ditinjau dari  dari psikologi dan kesahatan secara kasat mata akan ada bagian jiwa tidak bisa terpenuhi. sudah banyak kisah maupun fakta bagaiamana kisah cinta LBGT berakhir sadis dan tidak bisa saling memenuhi secara gen antara mereka sama. Allah menciptakan manusia berpasangan sudah mengetahui bahwa adam dan hawa adalah pasangan saling memenuhi dan saling melengkapi bukan sebaliknya. Jika umat berani melawan kodrat apa telah ditetakan Allah tentu ada konsekuensi yang harus diterima.

Apapun alasan atau pertimbangan ini merupakan suatu keputusan yang sangat mundur dan tidak belajar dari sejarah abad-abad yang lalu. Bukan sejarah sudah memberi hikmah bagi siapapun untuk bertindak dan mengambil keputusan. Jika melihat sejarah bagaimana kehidupan orang-orang mengadopsi LGBT memberi dampak sangat buruk. Baik dari sisi dunia maupun akhirat. Tentu tidak ingin bumi dikrim azab dari Allah swt. Apakah mereka memutuskan ligalisasi LGBT hanya melihat dari sudut HAM saja dan tidak menggunakan pendekatan agama. Biasanya ketika memutusakan sesuatu dari sisi HAM adalah orang-orang berpikir liberal. Pemikiran liberal beranggapan bahwa hak asasi lebih tinggi dari norma agama. Ini bahayanya pemikiran yang lebih menjunjung tinggi HAM dari pada kesakralan agama.

Ketika LGBT sudah dilegalisasikan di daratan jauh sana, tentu menjadi warning bagi ibu-ibu atau orang tua di Indonesia untuk lebih hati-hati lagi mendidik anak, memantau siapa teman mereka dan  memeriksa smartphone setiap saat karena begitu mudah untuk menemukan komunitas tersebut terutama di dunia maya. Semakin bertambah lagi tugas orangtua untuk memperhatikan anak-anak. Bila tidak jeli bisa jadi anak-anak penerus bangsa akan terjerumus pada hal-hal dilarang oleh Allah.

Mari kita sebagai umat Muhammad dan hamba Allah untuk menentang LGBT dengan keras. Jangan sampai di Indonesia terjadi hal serupa karena sudah ada indikasi akan terjadi di Indonesia misalnya terlihat dari dukungan dari artis yang secara terang-terangan mendukung hal yang dilarang agama. Apa jadinya bila anak-anak sudah terjerumus kesana tentu orangtua dan keluarga merasa dampaknya. Yakinlah apapun yang dilarang oleh agama demi kebaikan manusia, kedamaian dan kebahagian manusia. Sayangnya manusia lebih menyampingkan aturan tersebut akhirnya apa??? Terjadilah bencana maupun azab yang diturunkan secara tiba-tiba. Bila azab atau bencana diturunkan tentu yang akan mengalami resiko tetap Neraga dan pada akhirnya menambah beban keuangan Negara. Padahal tahu keuangan Negara sedang terseok-seok. Seharusnya keuangan Negara bisa dialihkan untuk pembangunan insprastruktur tetapi dialihkan untuk bencana. Itu baru dampak dunia belum akhir lebih menggerikan.

Menabur Cinta Dengan Kata:   “Taburkan Sejuta Kebaikan Selagi Masih Ada Kesempatan Tak Peduli Penilaian Yang Penting Itu Kebenaran Yang Memiliki Landasan Untuk Kebaikkan