Ya Allah ya Allah…
Tanpa koe berkata-kata dan memohon pada Engkau
Tantang segala yang terjadi pada hamba
Engkau telah tahu, akan tetapi lewat doa dan luapan rasa ini
Bentuk hamba melepasakan hantuan dan menegelamkan rasa
Dengan ketakberdaan hamba dengan derasnya cobaan dalam menuntut ilmu
Ya Allah…Ya Allah
Hanya kepada Engkau hamba mangantungkan dan mendamaikan harapan, rasa dan hasil
Hamba hanya berusaha dengan suasana tak bisa terungkapkan
Terkadang antara otak dan batin bekerja tanpa batas dengan penuh paksaan
Raga terkadang dihempas panas-dingin menjalani hidup penuh misteri
Disetiap sujud dengan sejadah indah yang panjang
Hamba berzikir dan berenung
Tentang konsep proses dan nasib
Bahkan diatas sajadah itupula
menangis dengan tertatih-tatih ketidak sanggupan
Hamba dalam mejalani proses
Hanya genang air mata mampu hamba keluarkan dari jiwa
Ya Allah…Ya Allah
Bukan maksud hamba berkeluh kesah dan tak mensyukuri apa yang terjadi
Tetapi ini adalah bentuk hamba menegelamkan rasa dan harapan pada Engkau
Dalam ketakberdaan hamba ini
Menjadi hamba semakin mendekati dan menyadarkan jiwa pada Engkau
Dan bukanlah bentuk hamba menanyakan tentang takdir
Namun ini adalah cara koe berdialog tentang sebuah kehidupan
Serta adalah proses hamba selalu untuk menyertai Engkau tiap langkah hamba
Ya Allah…Ya Allah
Damaikan hati hamba tiap menjalani proses kehidupan
Tenangkan hati hamba dengan cinta keikhlasan
Khusuyukkan pikiran hamba dalam mencapai harapan
Pertemukan hamba dengan orang-orang mencintai Engkau
Agar proses ini selalu diingati
Yogyakarta, ketika istiar tak tercapai sehingga jiwa terasa manusia terbodoh dalam menuntut ilmu dan merasa menyianyiakan waktu dan tanggung jawab…”Allah Engkau maha tahu kapan hal itu akan terjadi”
Filed under: PUISI "GORESAN HATI" | Tagged: konsep hidup, mengelam harapan, proses |
hem… isa jadi bahan renungan saya juga nih.. 🙂